Friday, September 20, 2024

POLIS ASURANSI KEBONGKARAN - THFT INSURANCE

 

Bahwa Tertanggung telah mengajukan suatu permohonan tertulis yang menjadi dasar dan merupakan

bagian tidak terpisahkan dari Polis ini, Penanggung akan memberikan ganti rugi kepada Tertanggung terhadap kehilangan dan atau kerusakan atasObyek Pertanggungan dan atau kepentingan yang dipertanggungkan, berdasarkan pada syarat dan kondisi yang dicetak, dicantumkan, dilekatkan dan

atau dibuatkan endorsemen pada Polis ini.

B A B I

J A M I N A N

PASAL 1

Pertanggungan ini menjamin :

1. kehilangan atas obyek pertanggungan sebagai akibat pencurian yang harus disertai dengan pengrusakan atau pemaksaan terhadap bangunandimana obyek pertanggungan berada atau disimpan,yang dilakukan oleh pencuri ketika memasuki atau keluar dari bangunan.

2. kerusakan atas obyek pertanggungan sebagai akibat tindakan pencuri ketika melakukan tindakan pencurian tersebut.

B A B I I

P E N G E C U A L I A N

PASAL 2

1.  Pertanggungan ini tidak menjaminkehilangan dan atau kerusakan, yang disebabkan oleh:

1.1. Pencurian yang dilakukan oleh :

1.1.1. Tertanggung sendiri;

1.1.2. suami atau istri, anak, orang tua, saudara sekandung

1.1.3. orang   yang   disuruh   Tertanggung,   bekerja   pada   Tertanggung,   orang   yang sepengetahuan atau seizin Tertanggung;

1.1.4. orang yang tinggal bersama Tertanggung;

1.1.5. pengurus, pemegang saham, komisaris atau pegawai, jika Tertanggung merupakan badan hukum;

1.2.  Pencurian  yang  dilakukan  pada  saat  bangunan  dimana  obyek  pertanggungan  tersebut berada atau disimpan, tidak berpenghuni dalam waktu 7 (tujuh) hariberturut-turut.

2.   Pertanggungan ini tidak menjaminkehilangan dan atau kerusakan baik secara langsung maupun

tidak langsung disebabkan atau ditimbulkan oleh serta akibat dari:

2.1. kerusuhan, pemogokan, penghalangan bekerja, tawuran, huru-hara, pembangkitan rakyat, pengambil-alihan kekuasan, revolusi, pemberontakan, kekuatan militer, invasi, perang saudara, perang dan permusuhan, makar, terorisme, sabotase, penjarahan;Penyitaan atau penghancuran dari pihak yang berwenang

2.2. kebakaran, gempa bumi, letusan gunung berapi, angin topan, badai, tsunami, banjir, genangan air, tanah longsor, gejala geologi atau meteorologi lainnya;

2.3. reaksi nuklir, termasuk tetapi tidak terbatas pada radiasi nuklir, ionisasi, fusi, fisi atau pencemaran  radio  aktif,  tanpa  memandang  apakah  itu  terjadi  di  dalam  atau  di  luar

kepentingan yang dipertanggungkan;

3.   Pertanggungan ini tidak menjamin :

3.1.   kehilangan dan atau kerusakan yang terjadi ketika obyek pertanggungan sedang disewa.

3.2.   kehilangan keuntungan, upah, berkurangnya harga atau kerugian keuangan lainnya yang

diderita Tertanggung sebagai akibat adanya pencurian.

4.   Pertanggungan ini tidak menjaminkehilangan dan atau kerusakan atas :

4.1. “Uang”, medali atau koin,surat-surat  berharga,denah-denah,  dokumen-dokumen perencanaan dan atausegala macam dokumen,manuskrip,naskah, catatan pembukuan,dan lain-lain sejenisnya;

4.2.  logam mulia, emas, perak, platinum, baik berupa batangan maupun perhiasan, berlian,batu permata, batu akik, dan lain-lain sejenisnya baik yang lepas maupun yang terpasang;

4.3.  lukisan-lukisan, barang-barang antik, porselen, barang-barang yang terbuat dari kaca dan atau sejenisnya,terkecuali dinyatakan dengan tegas dalam polis

4.4.  sepeda, dan atau kendaraanbermotor berikut perlengkapannya;

4.5.  hewan dan atau ternak piaraan,

4.6.  tanaman hias.

B A B III

D E F I N I S I

PASAL 3

Menyimpang dari arti yang berbeda yang mungkin diberikan oleh peraturan hukum yang berlaku,

untuk keperluan Polis ini semua istilah yang  dicetak miring diartikan sebagaimana diuraikan berikut ini:

1. Barang baru adalah barang yang dibeli atau diperoleh dalam kondisi baru kurang dari 12 (dua belas) bulan.

2. Huru-hara adalah keadaan di satu kota di mana sejumlah besar massa secara bersama-sama atau dalam kelompok-kelompok kecil menimbulkan suasana gangguan ketertiban dan keamanan masyarakat dengan kegaduhan dan menggunakan kekerasan serta rentetan pengrusakan sejumlah besar harta benda, sedemikian rupa sehingga timbul ketakutan umum, yang ditandai dengan terhentinya lebih dari separuh kegiatan normal pusat perdagangan/pertokoan atau perkantoran atau sekolah atau transportasi umum di kota tersebut selama minimal 24 (duapuluh empat) jam secara terus-menerus yang dimulai sebelum, selama atau setelah kejadian tersebut.

3. Invasi adalah tindakan kekuatan militer suatu negara memasuki wilayah negara lain dengan maksud menduduki atau menguasainya secara sementara atau tetap.

4. Kekuatan Militer adalah kelompok angkatan bersenjata baik dalam maupun luar negeri minimal sebanyak 30 (tiga puluh) orang yang menggunakan kekerasan untuk menggulingkan Pemerintah yang sah de jure atau de facto atau menimbulkan suasana gangguan ketertiban dan keamanan umum.

5. Kerusuhan adalah tindakan suatu kelompok orang minimal sebanyak 12 (dua belas) orang yang dalam melaksanakan suatu tujuan bersama menimbulkan suasana gangguan ketertiban umum dengan kegaduhan dan menggunakan kekerasan serta pengrusakan harta benda orang lain, yang belum dianggap sebagai suatu Huru-hara.

6. Makar adalah tindakan seseorang yang bertindak atas nama atau sehubungan dengan suatu organisasi atau sekelompok orang dengan kegiatan yang diarahkan pada penggulingan dengan kekerasan Pemerintah yang sah de jure atau de facto atau mempengaruhinya dengan Terorisme atau Sabotaseatau kekerasan.

7. Pembangkitan Rakyat adalah gerakan sebagian besar rakyat di Ibukota Negara, atau di tiga atau lebih Ibukota Propinsi dalam kurun waktu 12 (duabelas) hari, yang menuntut penggantian Pemerintah yang sah de jure atau de facto, atau melakukan penolakan secara terbuka terhadap

Pemerintah yang sah de jure atau de facto, yang belum dianggap sebagai suatu Pemberontakan.

8.   Pemberontakan  adalah  tindakan  terorganisasi  dari  suatu  kelompok  orang  yang  melakukan

pembangkangan dan atau penentangan terhadap Pemerintah yang sah de jure atau de facto dengan kekerasan yang menggunakan senjata api, yang dapat menimbulkan ancaman terhadap kelangsungan Pemerintah yang sah de jure atau de facto.

9. Pemogokan adalah tindakan pengrusakan yang disengaja oleh sekelompok pekerja, minimal sebanyak 12 (dua belas) pekerja atau separuh dari jumlah pekerja (dalam hal jumlah seluruh pekerja kurang dari dua puluh empat orang), yang menolak bekerja sebagaimana biasanya dalam usaha untuk memaksa majikan memenuhi tuntutan dari pekerja atau dalam melakukan protes terhadap peraturan atau persyaratan kerja yang diberlakukan oleh majikan.

10. Pencegahan adalah tindakan pihak yang berwenang dalam usaha menghalangi, menghentikan atau mengurangi dampak atau akibat dari terjadinya risiko-risiko yang dijamin.

11. Pengambilalihan Kekuasaan adalah keadaan yang memperlihatkan bahwa Pemerintah yang sah de jure atau de facto telah digulingkan dan digantikan oleh suatu kekuatan yang memberlakukan dan atau memaksakan pemberlakuan peraturan-peraturan mereka sendiri.

12. Penghalangan Bekerja adalah tindakan pengrusakan yang sengaja dilakukan oleh sekelompok pekerja, minimal sebanyak 12 (dua belas) pekerja atau separuh dari jumlah pekerja (dalam hal jumlah seluruh pekerja kurang dari dua puluh empat orang), akibat dari adanya pekerja yang diberhentikan atau dihalangi bekerja oleh majikan.

13. Penjarahan adalah pengambilan atau perampasan harta benda orang lain oleh seseorang (termasuk oleh orang-orang di bawah pengawasan Tertanggung), untuk dikuasai atau dimiliki secara melawan hukum.

14. Perang dan Permusuhan adalah konflik bersenjata secara luas (baik dengan atau tanpa pernyataan perang) atau suasana perang antara dua negara atau lebih, termasuk latihan perang suatu negara atau latihan perang gabungan antar negara.

15. Perang Saudara adalah konflik bersenjata antardaerah atau antarfaksi politik dalam batas teritorial suatu negara dengan tujuan memperebutkan legitimasi kekuasaan.

16. Perbuatan Jahat adalah tindakan seseorang yang dengan sengaja merusak harta benda orang lain karena dendam, dengki, amarah atau vandalistis, kecuali tindakan yang dilakukan oleh seseorang yang berada di bawah pengawasan atau atas perintah Tertanggung atau yang mengawasi atau menguasai harta benda tersebut, atau oleh pencuri/perampok/penjarah.

17. Revolusi adalah gerakan rakyat dengan kekerasan untuk melakukan perubahan radikal terhadap sistem ketatanegaraan (pemerintahan atau keadaan sosial) atau menggulingkan Pemerintah yang sah de jure atau de facto, yang belum dianggap sebagai suatu Pemberontakan.

18. Sabotase adalah tindakan pengrusakan harta benda atau penghalangan kelancaran pekerjaan atau yang berakibat turunnya nilai suatu pekerjaan, yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang, baik bertindak sendiri atau atas nama atau berkaitan dengan sesuatu organisasi atau pemerintah dalam usaha mencapai tujuan politik, agama, ideologi atau yang sejenisnya termasuk intensi untuk memengaruhi pemerintahan dan/atau membuat publik atau bagian dari publik dalam ketakutan.

19. Tawuranadalahperkelahian antar kelompok orang yang melibatkan minimal sebanyak 5 (lima) orang menimbulkan suasana gangguan ketertiban umum dengan kegaduhan dan menggunakan kekerasan serta pengrusakan harta benda orang lain yang belum dianggap sebagai Kerusuhan.

20. Terorisme adalah suatu tindakan, termasuk tetapi tidak terbatas pada penggunaan pemaksaan atau kekerasan dan atau ancaman dengan menggunakan pemaksaan atau kekerasan, oleh seseorang atau sekelompok orang, baik bertindak sendiri atau atas nama atau berkaitan dengan

sesuatu organisasi atau pemerintah, dengan tujuan politik, agama, ideologi atau yang sejenisnya

termasuk intensi untuk memengaruhi pemerintahan dan/atau membuat publik atau bagian dari

publik dalam ketakutan.

21. Uang adalah uang tunai termasuk cek, cek perjalanan, giro, saham, obligasi, deposito, wesel, perangko, meterai dan surat berharga lainnya yang dapat diuangkan dengan segera.

B A B IV

S Y A R A T  U M U M

PASAL 4

KEWAJIBAN UNTUK MENGUNGKAPKAN FAKTA

1.  Tertanggung wajib :

1.1. mengungkapkan fakta material yaitu informasi, keterangan, keadaan dan fakta yang mempengaruhi pertimbangan Penanggung dalam menerima atau menolak suatu permohonan penutupan asuransi dan dalam menetapkan suku premi apabila permohonan dimaksud diterima;

1.2.  membuat pernyataan yang benar tentang hal-hal yang berkaitan dengan penutupan asuransi;

yang disampaikan baik pada waktu pembuatan perjanjian asuransi maupun selama jangka waktu pertanggungan.

2.  Jika  Tertanggung  tidak  melaksanakan  kewajiban  sebagaimana  diatur  dalam  ayat  (1)  diatas,

Penanggung   tidak   wajib   membayar   kerugian   yang   terjadi   dan   berhak   menghentikan pertanggungan serta tidak wajib mengembalikan premi.

3.  Ketentuan pada ayat (2) diatas tidak berlaku dalam hal  fakta material yang tidak diungkapkan atau

yang  dinyatakan  dengan  tidak  benar  tersebut  telah  diketahui  oleh  Penanggung,  namun Penanggung tidak mempergunakan haknya untuk menghentikan pertanggungan dalam waktu 30

(tiga puluh) hari setelah Penanggung mengetahui pelanggaran tersebut.

PASAL 5

PENENTUAN HARGA PERTANGGUNGAN

Terkecuali diperjanjikan lain, maka :

1.   Untuk  barang  baru,  penentuan  Harga  Pertanggungan  berdasarkan  hargaperolehan  barang tersebut berdasarkan faktur atau kuitansi, tanpa ditambah unsur laba.

2.   Untuk  barang  lama,  penentuan  Harga  Pertanggungan  berdasarkan  hargaperolehan  barang tersebut dikurangi dengan penyusutan atau depresiasi tehnis, tanpa ditambah unsur laba.

PASAL 6

PEMBAYARAN PREMI

1.   Merupakan syarat dari tanggung jawab Penanggung atas jaminan  asuransi berdasarkan Polis ini,

setiap premi terhutang harus sudah   dibayar lunas dan secara nyata telah diterima seluruhnya oleh Penanggung, dalam hal:

1.1. jangka waktu pertanggungan 30 (tiga puluh) hari atau lebih, maka pelunasan pembayaran premi harus dilakukan dalam tenggang waktu 14 (empat belas) hari kalender terhitung sejak tanggal mulai berlakunya Polis;

1.2. jangka waktu pertanggungan tersebut kurang dari 30 (tiga puluh) hari, pelunasan pembayaran premi harus dilakukan pada saat Polis diterbitkan.

2.   Pembayaran premi dapat dilakukan dengan cara tunai, cek, bilyet giro,  transfer atau dengan cara

lain yang disepakati antara Penanggung dan Tertanggung. Penanggung dianggap telah menerima pembayaran premi, pada saat :

2.1. diterimanya pembayaran tunai, atau

2.2. premi bersangkutan sudah masuk ke rekening bank Penanggung, atau

2.3. Penanggung telah menyepakati pelunasan premi bersangkutan secara tertulis

3.   Jika Tertanggung tidak memenuhi kewajiban sebagaimana dimaksud ayat (1) diatas, Polis ini

berakhir dengan sendirinya sejak berakhirnya tenggang waktu tersebut tanpa kewajiban bagi Penanggung untuk menerbitkan endosemen dan Penanggung dibebaskan dari semua tanggung jawab berdasarkan polis.

Namun demikian Tertanggung tetap berkewajiban membayar premi untuk jaminan selama tenggang waktu pembayaran premi, sebesar 20% (dua puluh persen) dari premi satu tahun.

4.    Jika pembayaran premi dilakukan setelah berakhirnya tenggang waktu sebagaimana dimaksud

ayat (1) diatas, maka pembayaran tersebut tidak berarti polis berlaku kembali sehingga Penanggung akan mengembalikan premi dimaksud setelah dipotong hak Penanggung atas pertanggungan yang telah berjalan.

5.   Apabila terjadi kerugian yang dijamin oleh Polis dalam tenggang waktu sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) di atas, Penanggung akan bertanggung jawab terhadap kerugian tersebut apabila Tertanggung melunasi premi dalam tengggang waktu bersangkutan.

PASAL 7

PERUBAHAN RISIKO

1.   Tertanggung  wajib  memberitahukan  kepada  Penanggung  setiap  keadan  yang  memperbesar

risiko yang dijamin Polis, selambat-lambatnya dalam waktu 7 (tujuh) hari kalender apabila terjadi perubahan  pada  lokasi  dan  atau  penggunaan  atas  bangunan  dimana  obyek  pertanggungan

tersebut berada.

2.   Sehubungan dengan perubahan risiko pada ayat (1) di atas, Penanggung berhak :

2.1.  menetapkan pertanggungan ini diteruskan dengan suku premi yang sudah ada atau dengan suku premi yang lebih tinggi, atau

2.2.  menghentikan pertanggungan dengan pengembalian premi sebagaimana diatur pada Pasal 23 ayat (2).

PASAL 8

PEMERIKSAAN

Penanggung berhak melakukan pemeriksaan atas Obyek Pertanggungan setiap saat selama jangka

waktu pertanggungan.

PASAL 9

PROSEDUR TUNTUTAN GANTI RUGI

1.   Tertanggung,  setelah  mengetahui  atau  seharusnya  mengetahui  adanya  kerugian  dan  atau

kerusakan atas kepentingan yang dipertanggungkan, wajib :

1.1.  melaporkan kepada Kepolisian setempatselambat-lambatnya 3 (tiga) x 24 (duapuluh empat) jam.

1.2.  melaporkan dengan segera secara tertulis atau secara lisan yang diikuti dengan tertulis kepada Penanggung selambat-lambatnya 3 (tiga) x 24 (duapuluh empat) jam

1.3.  dalam  waktu  15  (lima  belas)  hari  kalender  sejak  tanggal  pelaporan  ayat  1.2  di  atas

Tertanggung  wajib  menyampaikan  dokumen-dokumen  pendukung  yang  dipersyaratkan dalam ayat 3 di bawah ini.

2.   Pada waktu terjadi kerugian dan atau kerusakan, Tertanggung wajib :

2.1. melakukan segala usaha yang patut guna menjaga, memelihara, menyelamatkan  sisa barang yang masih bisa diselamatkan;

2.2. memberikan bantuan dan kesempatan sepenuhnya kepada Penanggung atau Kuasa Penanggung atau pihak lain yang ditunjuk oleh Penanggung untuk melakukan penelitian atas kerugian dan atau kerusakan yang terjadi;

3.   Tertanggung wajib menyampaikan dokumen-dokumen pendukung klaim sebagai berikut :

3.1. Surat pengajuan tuntutan tertulis tentang kerugian tersebut, berikut dokumen-dokumen pendukung dan daftar perincian barang-barang yang hilang dan atau rusak termasuk perkiraan besarnya nilai kerugian.

3.2.  Surat Keterangan Kejadian dari Kepolisian setempat tentang adanya kerugian tersebut.

3.3.  Copy Polis, Lampiran / Endorsemen

3.4. Dokumen lain yang relevan yang diminta Penanggung sehubungan dengan penyelesaian klaim.

Segala hak ganti-rugi menjadi hilang jika Tertanggung tidak memenuhi ketentuan Pasal ini.

PASAL 10

SISA BARANG

1.   Dalam hal terjadi kerugian dan atau kerusakan, Tertanggung bertanggung jawab untuk menjaga

dan menyimpan sisa barang yang dapat diselamatkan.

2.   Ketentuan  pada  ayat  (1)  di  atas  tidak  dapat  diartikan  sebagai  pengakuan  tanggung  jawab Penanggung berdasarkan polis ini.

3.   Barang yang telah mendapatkan ganti rugi menjadi hak Penanggung.

PASAL 11

LAPORAN TIDAK BENAR

Tertanggung   yang   bertujuan   memperoleh   keuntungan   dari   jaminan   Polis   ini   tidak   berhak

mendapatkan ganti rugi apabila dengan sengaja :

1. mengungkapkan fakta dan atau membuat pernyataan yang tidak benar tentang hal-hal yang berkaitan dengan permohonan yang disampaikan pada waktu pembuatan Polis ini dan yang berkaitan dengan kerugian dan atau kerusakan yang terjadi;

2.   memperbesar jumlah kerugian yang diderita;

3.   memberitahukan barang-barang   yang tidak ada sebagai barang-barang   yang ada pada saat peristiwa dan menyatakan barang-barang tersebut hilang;

4.   menyembunyikan barang-barang yang terselamatkan atau sisa barang dan menyatakan sebagai barang - barang yang hilang;

5.   mempergunakan surat atau alat bukti palsu, dusta atau tipuan.

PASAL 12

PENENTUAN HARGA DALAM HAL KERUGIAN

Kecuali disetujui lain di dalam polis, penentuan harga dalam hal kerugian :

1.   Didasarkan pada harga sebenarnya dari harta benda yang dipertanggungkan sesaat sebelum

terjadinya kerugian atau kerusakan, dengan memperhitungkan unsur penyusutan ataudepresiasi tehnis tanpa ditambah unsur laba.

2.   Barang dagangan dihitung menurut harga beli sesaat sebelum terjadinya kerugian atau kerusakan dengan  mempertimbangkan  faktor  keusangan  barangseperti  ketinggalan  mode,  ketinggalan

teknologi, usia barang dan sejenisnya.

3.   Perabot dan perlengkapan rumah tangga, barang elektronik,   barang-barang pribadi, barang-

barang khusus lainnya (butir3 dan 4 pada Ikhtisar Pertanggungan), nilai maksimum ganti rugi untuk setiap unitnya adalah 5% dari Harga Pertanggungan butir3 dan 4 pada Ikhtisar Pertanggungan, kecuali disebutkan secara rinci mengenai jumlah unit, jenis, merek, tipe dan

masing-masing Harga Pertanggungan

Dalam hal apapun batas tanggung jawab Penanggung tidak melebihi Harga Pertanggungan dari

masing-masing obyek pertanggungan sebagaimana tercantum dalam Ikhtisar Pertanggungan dan secara keseluruhan tidak melebihi TotalHarga Pertanggungan dalam Polis.

PASAL 13

CARA PENYELESAIAN DAN PENETAPAN GANTI RUGI

1.   Dalam hal terjadi kerugian dan atau kerusakan atas obyek pertanggungan dan atau kepentingan

yang dipertanggungkan, Penanggung berhak menentukan  pilihannya atas cara melakukan ganti rugi sebagai berikut :

1.1.  pembayaran uang tunai

1.2.  memperbaiki kerusakan yang terjadi,

1.3.  mengganti barang lain dengan merek, tipe, model dan tahun yang sama sebagaimana tercantum pada Polis atau dengan barang lain yang setara.

2. Tanggung jawab Penanggung atas kerugian atau kehilangan terhadap harta benda yang dipertanggungkan setinggi-tingginya adalah sebesar Harga Pertanggungan masing-masing harta benda yang mengalami kerugian atau kehilangan.

3. Perhitungan besarnya kerugian setinggi-tingginya adalah sebesar  selisih  antara  harga sebenarnya sesaat sebelum terjadinya kerugian dan atau kerusakan dengan harga sebenarnya sesaat setelah terjadinya kerugian dan atau kerusakan.

Dalam hal terjadi kerugianyang melebihi jumlahpremi dan pembayaran premi dilakukan secara angsuran, maka Tertanggung wajib melunasi premi sepenuhnya yang masih terhutang.

PASAL 14

PERTANGGUNGAN DI BAWAH HARGA

1.   Jika pada saat terjadinya kerugian dan atau kerusakan yang disebabkan oleh  risiko yang dijamin

Polis ini, Harga Pertanggungan lebih Kecil daripada harga sebenarnya dari obyek pertanggungan sesaat sebelum terjadinya kerugian dan atau kerusakan, maka Tertanggung dianggap sebagai penanggungnya sendiri atas selisihnya dan menanggung sebagian kerugian yang dihitung secara proporsional.

2. Jika terjadi Pertanggungan di bawah harga sebagaimana dimaksud diatas dan Tertanggung telah menerima pembayaran ganti rugi dari Penanggung sebesar Harga Pertanggungan, Tertanggung berhak atas sebagian nilai jual barang sisa yang dihitung secara proporsional antara selisih harga sebenarnya dengan Harga Pertanggungan terhadap harga sebenarnya

Perhitungan ini dilakukan sebelum pengurangan risiko sendiri yang terdapat dalam polis.

PASAL 15

PERTANGGUNGAN LAIN

1.  Pada waktu pertanggungan ini dibuat, Tertanggung wajib memberitahukan kepada Penanggung

pertanggungan-pertanggungan lain atas obyek pertanggungan dan atau kepentingan yang sama, jika ada.

2.  Jika setelah pertanggungan ini dibuat, Tertanggung kemudian menutup pertanggungan lainnya atas  obyek  pertanggungan  dan  atau  kepentingan  yang  sama,  maka  Tertanggung  wajib

memberitahukan hal tersebut kepada Penanggung.

PASAL 16

GANTI RUGI PERTANGGUNGAN RANGKAP

1.  Pada saat  terjadi  kerugian  dan atau  kerusakan,  Tertanggung wajib memberitahukan secara

tertulis pertanggungan-pertanggungan lain yang sedang berlaku atas obyek pertanggungandan atau kepentingan yang sama.

2. Dalam hal terjadi kerugian dan atau kerusakan atas obyek pertanggungan dan atau kepentingan yang dipertanggungkan, apabila obyek pertanggungan dan atau kepentingan tersebut sudah dijamin pula oleh satu atau lebih pertanggungan lain dan jumlah seluruh Harga Pertanggungan polis yang ada (berlaku) lebih besar dari harga sebenarnya dari obyek pertanggungan dan atau kepentingan yang dimaksud itu sesaat sebelum terjadinya kerugian, maka jumlah ganti rugi maksimum yang dapat diperoleh berdasarkan Polis ini berkurang secara proporsional menurut perbandingan antara Harga Pertanggungan polis ini dengan jumlah seluruh Harga Pertanggungan polis yang ada (berlaku), tetapi premi tidak dikurangi atau dikembalikan.

3. Ketentuan ayat (1) di atas akan dijalankan, walaupunsegala pertanggungan yang dimaksud itu dibuat dengan beberapa polis yang diterbitkan pada tanggal yang berlainan, jika pertanggungan atau semua pertanggungan itu tanggalnya lebih dahulu daripada tanggal Polis ini dan tidak berisi ketentuan sebagaimana tersebut pada ayat (1) di atas.

Jika Tertanggung   tidak memenuhi persyaratan ini maka haknya atas ganti rugi menjadi hilang.

PASAL 17

RISIKO SENDIRI

Untuk setiap kerugian dan atau kerusakan yang terjadi, Tertanggung menanggung terlebih dahulu

jumlah risiko sendiri yang tercantum dalam Polis.

Apabila  terdapat  pertanggungan  di  bawah  harga  sebagaimana  diatur  pada  Pasal  14,  maka

perhitungan risiko sendiri dilakukan setelah perhitungan ganti rugi berdasarkan pertanggungan di bawah harga.

PASAL 18

SUBROGASI

1.    Setelah  pembayaran  ganti  rugi  atas  obyek  pertanggungan  dan  atau  kepentingan  yang

dipertanggungkan dalam Polis ini, Penanggung menggantikan Tertanggung dalam hal hak penuntutan terhadap pihak ketiga sehubungan dengan kerugian tersebut. Hak Subrogasi ini berlaku dengan sendirinya tanpa memerlukan suatu surat kuasa khusus dari Tertanggung.

2.    Tertanggung tetap bertanggung jawab atas setiap perbuatan yang mungkin dapat merugikan hak Penanggung terhadap pihak ketiga tersebut.

3.    Kelalaian Tertanggung dalam melaksanakan kewajibannya tersebut pada ayat (2) di atas dapat menghilangkan atau mengurangi hak Tertanggung untuk mendapatkan ganti-rugi.

PASAL 19

PEMBAYARAN GANTI RUGI

Penanggung wajib menyelesaikan pembayaran ganti rugi dalam waktu 30 (tiga puluh) hari kalender

sejak adanya kesepakatan tertulis antara Penanggung dan Tertanggung mengenai jumlah ganti rugi yang harus dibayar.

PASAL 20

PEMULIHAN HARGA PERTANGGUNGAN

Setelah   terjadi   kerugian   sebagian   pada   obyek   pertanggungan   dan   atau   kepentingan   yang

dipertanggungkan, Harga Pertanggungan akan berkurang sebesar jumlah ganti rugi.

Setelah pemulihan suatu kerusakan atau kerugian, Tertanggung dapat meminta pemulihan Harga Pertanggungan dengan membayar tambahan premi yang dihitung secara prorata untuk sisa jangka waktu pertanggungan yang belum dijalani. Namun demikian Penanggung berhak untuk  menolak

permintaan tersebut.

PASAL 21

HILANGNYA HAK GANTI RUGI

1.    Hak Tertanggung atas ganti rugi berdasarkan Polis ini hilang dengan sendirinya apabila:

1.1. tidak mengajukan tuntutan ganti rugi dalam waktu 6 (enam) bulan sejak terjadinya kerugian dan atau kerusakan, walaupun pemberitahuan tentang adanya kejadian telah disampaikan;

1.2. tidak mengajukan keberatan atau menempuh upaya penyelesaian melalui arbitraseatau upaya hukum lainnya dalam waktu 6 (enam) bulan sejak Penanggung memberitahukan secara tertulis bahwa Tertanggung tidak berhak untuk mendapatkan ganti rugi;

1.3.  tidak memenuhi kewajiban berdasarkan Polis ini.

2. Hak Tertanggung untuk menuntut ganti rugi dalam jumlah yang lebih besar daripada yang telah disetujui Penanggung akan hilang apabila dalam waktu 3 (tiga) bulan sejak Penanggung memberitahukan secara tertulis, Tertanggung tidak mengajukan keberatan secara tertulis atau

tidak menempuh upaya penyelesaian melalui arbitrase atau upaya hukum lainnya.

PASAL 22

MATA UANG

Dalam hal premi dan atau klaim berdasarkan polis ini ditetapkan dalam mata uang asing tetapi

pembayarannya dilakukan dengan mata uang rupiah, maka pembayaran tersebut dilakukan dengan menggunakan kurs jual Bank Indonesia pada saat pembayaran.

PASAL 23

PENGHENTIAN PERTANGGUNGAN

1.   Selain dari hal-hal yang diatur pada Pasal 4 ayat (2), Penanggung dan Tertanggung masing-

masing berhak setiap waktu menghentikan pertanggungan ini dengan  memberitahukan alasannya.

Pemberitahuan penghentian dimaksud dilakukan secara tertulis melalui surat tercatat oleh pihak yang menghendaki penghentian pertanggungan kepada pihak lainnya di alamat terakhir yang diketahui. Penanggung bebas dari segala kewajiban berdasarkan Polis ini, 7 (tujuh) hari kalender terhitung sejak tanggal pengiriman surat tercatatnya untuk pemberitahuan tersebut.

2.   Apabila terjadi penghentian pertanggungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di atas, premi

akan dikembalikan secara prorata untuk jangka waktu pertanggungan yang belum dijalani, setelah dikurangi biaya akuisisi Penanggung. Namun demikian, dalam hal penghentian pertanggungan

dilakukan  oleh Tertanggung dan selama jangka waktu pertanggungan yang telah dijalani, telah

terjadi klaim yang jumlahnya melebihi jumlah premi yang tercantum dalam Ikhtisar Pertanggungan, maka Tertanggung tidak berhak atas pengembalian premi untuk jangka waktu pertanggungan yang belum dijalani.

3. Sehubungan ketentuan dalam Pasal ini, Penanggung dan Tertanggung sepakat untuk tidak memberlakukan ketentuan Pasal 1266 dan Pasal 1267 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata)   dan   penghentian   pertanggungan   dilakukan   tanpa   memerlukan   persetujuan

pengadilan Negeri

PASAL 24

PERSELISIHAN

1.      Dalam  hal  timbul  perselisihan  antara  Penanggung  dan  Tertanggung  sebagai  akibat  dari

penafsiran atas tanggung jawab atau besarnya ganti rugi dari Polis ini, maka perselisihan tersebut akan diselesaikan melalui forum perdamaian atau musyawarah oleh unit internal Penanggung yang menangani Pelayanan dan Penyelesaian Pengaduan bagi Konsumen. Perselisihan timbul sejak Tertanggung menyatakan secara tertulis ketidaksepakatan atas hal yang diperselisihkan. Penyelesaian perselisihan melalui perdamaian  atau  musyawarah dilakukan dalam waktu paling lama 60 (enam puluh) hari kalender sejak timbulnya perselisihan.

2.      Apabila penyelesaian perselisihan melalui perdamaian atau musyawarah sebagaimana diatur

pada ayat 1 tidak mencapai kesepakatan, maka ketidaksepakatan tersebut harus dinyatakan secara tertulis oleh Penanggung dan Tertanggung. Selanjutnya Tertanggung dapat memilih penyelesaian sengketa di luar pengadilan atau melalui pengadilan dengan memilih salah satu klausul penyelesaian sengketa sebagaimana diatur di bawah ini.

A.  LEMBAGA ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA

Dengan ini dinyatakan dan disepakati bahwa Tertanggung dan Penanggung akan melakukan penyelesaian sengketa melalui Badan Mediasi dan Arbitrase Asuransi Indonesia (BMAI) sesuai dengan Peraturan dan Prosedur BMAI atau melalui Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa Asuransi lainnya yang terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan.

B.  PENGADILAN

Dengan ini dinyatakan dan disepakati bahwa Tertanggung dan Penanggung akan melakukan penyelesaian sengketa melalui Pengadilan Negeri di  wilayah  Republik Indonesia.

PASAL 25

PENUTUP

1.  Isi  polis  ini  telah  disesuaikan  dengan  peraturan  perundang-undangan  termasuk  ketentuan

Peraturan Otoritas Jasa Keuangan.

2.  Untuk hal-hal yang belum atau tidak cukup diatur dalam Polis ini, berlaku ketentuan Kitab Undang- Undang Hukum Dagang dan atau Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.

 

No comments:

Post a Comment